ILMU
BUDAYA DASAR
Nama :
Aisyah Rizana Rahmah
( 10213505 )
Kelas
:
1-EA-04
Mata
Kuliah :
IBD ( Ilmu Budaya Dasar )
Dosen
:
Tri Handayani
Kata pengantar
Segala Kemuliaan dan Penghormatan hanya bagi
Allah semata dengan rahmah dan kasih sayangnya, Shalawat teruntuk Rasulullah
yang meletakkan sendi-sendi kemanusiaan dan peradaban mulia.
Makalah Ilmu Budaya Dasar yang saya buat ini bertujuan
untuk menambah wawasan yang lebih luas mengenai Konsep IBD dalam perbedaan
kesusatraan. Selain tujuan dari tema makalah tersebut makalah ini juga
bertujuan untuk memenuhi salah satu nilai kriteria mata kuliah softskill.
Sekian dan
terimakasih atas kerjasama dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik. Semoga cahaya dan Perlindungan Allah tercurah pada kita
yg senantiasa peduli untuk membangun generasi yang lebih baik dengan saling
berbagi ilmu dan wawasan yang luas. Aamiin.
Depok,
14 Oktober 2013
Penyusun
A.
Konsep Ilmu Budaya Dasar Dalam
Kesusastraan
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep.
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat,budaya daerah dan nasional.
“Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia”
Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat dalam pengetahuan budaya, tetapi ilmu budaya dasar menggunakan karya yang terdapat dalam pengetahuan budaya untuk mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep.
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat,budaya daerah dan nasional.
“Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia”
Unsur-unsur
kebudayaan
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi,namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih,kebahagian,kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat.
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi
Karya sastra adalah penjabaran abstraksi,namun filsafat yang menggunakan bahasa juga disebut abstrasi. Maka abstrak adalah cinta kasih,kebahagian,kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat.
Sastra adalah Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan
dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi”
atau “pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Dapat dihubungkan meliputi: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian
dll.
Segmentasi sastra lebih
mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah
pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah
salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan
sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan dimana banyak berhubungan
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu.
Kategori Sastra
1.
Novel
2.
Cerita/cerpen
(tertulis/lisan)
3.
Syair
4.
Pantun
5.
Sandiwara/drama
6.
Lukisan/kaligrafi
Prosa adalah
bentuk paling khas dari bahasa , menerapkan biasa struktur tata bahasa dan
aliran alami pidato daripada struktur ritmis (seperti dalam tradisional puisi ).
Hal ini umum digunakan, misalnya, dalam literatur , koran , majalah ,
ensiklopedi , penyiaran , Film , sejarah , filsafat , hukum dan bentuk-bentuk
lain dari komunikasi.
B.
Nilai-nilai yang terdapat di dalam prosa fiksi.
Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
1. Prosa fiksi memberikan kebahagian.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
3. Prosa fiksi memberikan warisan cultural
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
1. Prosa fiksi memberikan kebahagian.
2. Prosa fiksi memberikan informasi
3. Prosa fiksi memberikan warisan cultural
4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Hubungan IBD dengan sastra:
Pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.
Pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi.
Sastra disini
digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang dapat
membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus.
Tidak heran apabila para pendiri bangsa mampu
melebur diri dalam Bhineka Tunggal Ika. Kearifan budaya lokal masih kuat.
Elemen-elemen kearifan budaya lokal kita didominasi oleh ajaran.
Contoh
Kasus :
Disini
saya akan membahas satu contoh kasus tentang konsep IBD dalam kesusastraan yang
sudah ditinggalkan oleh manusia karena menurut mereka jika mengikuti bahasa
sastra tradisional yang merupakan kebudayaan dalam bidang sastra bahasa dianggap
norak/kampungan.
Kasus
ini mengenai sebuah konsep IBD yang berkaitan dengan kesusastraan contohnya :
logat (gaya bahasa) yang berasal dari Jawa Tengah “NGAPAK” sulit untuk dirubah
dan telah menjadi kebudayaan masyarakat, umumnya Jawa Tengah kasus terhadap masalah ini
adalah ketika seseorang membuat karya yang dapat membuat orang lain semangat
atau terbawa oleh ajakan yang disampaikan si pembuat karya kepada pelihat hasil
karyanya. misalnya ketika seseorang membuat buku atau artikel singkat, jika
didalamnya hanya tersirat hal-hal yang biasa pasti orang-orang yang melihat
juga mudah bosan bahkan menganggap karyanya biasa.
Tanggapan :
Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa banyak karya sastra yang berbahasa baku,bersifat
tradisional kini kurang diminati bahkan tidak diminati karena bagi penikmat
atau si pembaca karya kurang dapat dimengerti dan dipahami karena tidak sesuai
dengan gaya sastra dan bahasa modern masa kini.
Saran :
Lebih
memadu-padankan karya sastra tradisional dengan karya sastra sesuai dengan
perkembangan zaman dan gaya bahasa yang mudah dimengerti. Lebih mengasah
kemampuan dalam menciptakan sebuah karya agar karya tersebut dapat diterima dan
mampu bersaing dengan karya sastra lain sehingga, dinikmati oleh masyrakat pada
umumnya.
Kritik :
Agar lebih
memperhatikan keadaan peminat karya seperti jenis karya apa yang sedang
diminati bukan nya asal mengeluarkan karya tanpa memikirkan gaya bahasa serta
dampak negative nya, dan jangan jadi pembuat karya “INSTAN” apabila karya
tersebut tidak mencerminkan sisi positif dan pengajaran yang lebih banyak.
Daftar
Pustaka
*
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar